Pusat Informasi dan Dokumentasi Mandailing

Kantor Pusat: Jl. Menteng VII, Perumahan Menteng Indah Blok B1/31 Medan 20228, Telf. (061) 7860787, e-mail: pid.mandailing@gmail.com
Perpustakaan dan Museum Kebudayaan Mandailing: Sopo Sio Parsarimpunan ni Tondi Mandailing, Saba Garabak, Ds. Hutapungkut Jae, Kec. Kotanopan, Mandailing-Natal 22994.


Senin, 14 Januari 2013

REVITALISASI SEJARAH dan KEBUDAYAAN MANDAILING


SUMBANGAN PEMIKIRAN UNTUK REVITALISASI KEBUDAYAAN MANDAILING

Oleh: Zulkifli B. Lubis


Pertama, ketika kita bicara revitalisasi, saya kira kita sadar bahwa sesungguhnya kita memiliki sesuatu yang vital atau vitalitas, yang karena berbagai sebab musabab dalam perjalanan sejarah menjadi hilang atau berkurang vitalitasnya. Oleh karena itu, kita merasa bahwa harus ada upaya untuk membuatnya vital kembali. Dalam hal ini, yang ingin kita revitalisasi adalah kebudayaan Mandailing. Nah, sebelum melangkah ke arah revitalisasi kebudayaan Mandailing, menurut hemat saya pertama-tama kita perlu membangun kesepahaman tentang entitas Mandailing itu sendiri. Membangun kesepahaman tersebut bisa dimulai dari membangun 'kesadaran' tentang identitas Mandailing, yaitu Mandailing sebagai sebuah 'bangsa' dengan atribut-atribut kemandailingannya. Menurut hemat saya, revitalisasi kesadaran tentang identitas Mandailing ini perlu digelorakan terlebih dahulu sehingga setiap orang Mandailing kembali memiliki kebanggaan dan keberanian untuk mengatakan dimanapun dan kapanpun : "Saya orang Mandailing !". Bukan 'X Mandailing' atau 'Mandailing Y' atau apapun sebutan yang lain. Sepengamatan saya, perkara kebanggaan dan keberanian untuk menyatakan identitas ini yang sudah tergerus sedemikian jauh, sehingga perlu dikukuhkan kembali.  
[Mangaradja Ihoetan pada tahun 1926 sudah mengingatkan agar "toeroenan-toeroenan bangsa Mandailing... tahoe bagaimana djerih pajah bapa-bapa serta nenek mojangnja mempertahankan atas berdirinja kebangsaan Mandailing itoe. Dengan djalan begitoe diharap tiadalah kiranja mereka itoe akan sia-siakan lagi kebangsaannja dengan moedah maoe mehapoeskannja dengan djalan memasoekkan diri pada bangsa lain jang tidak melebihkan martabatnja". Lihat Ihoetan (1926:4) 'Riwajat Tanah Wakaf bangsa Mandailing di Soengai Mati Medan']. 

Kedua, untuk membangunkan kembali 'kesadaran tentang identitas Mandailing' itu tentu saja kita harus memahami bahwa Mandailing adalah suatu entitas 'kebangsaan' yang sudah eksis dalam rentang kesejarahan yang sangat panjang. Nama Mandailing setidaknya sudah disebutkan sejak abad ke-14 dalam Kitab Negarakertagama. Setiap kita yang memiliki pengetahuan kesejarahan Mandailing seyogiyanya sudi membagikan pengetahuannya agar lintasan sejarah Mandailing semakin terang bagi generasi-generasi muda Mandailing pada khususnya. Banyak versi sejarah maupun legenda yang mungkin kita ketahui, yang boleh jadi tidak sinkron satu sama lain. Namun yang terpenting bagi kita dalam menyikapi informasi kesejarahan itu adalah mendahulukan sikap objektif dan berusaha menemukan fakta-fakta pokoknya. Misalnya, adalah fakta bahwa Mpu Prapanca sudah menyebutkan nama Mandailing pada abad ke-14 terkait dengan kerajaan Majapahit. Adalah fakta bahwa secara geografis Mandailing berdekatan/bertetangga dengan nama-nama lain yang juga disebut Mpu Prapanca di dalam kitabnya itu. Adalah fakta bahwa tidak ada tempat bernama Mandailing di wilayah Pusuk Buhit (Toba), sehingga hubungan asosiatif Mandailing dengan legenda Toba perlu dipertanyakan validitas historisnya. Adalah fakta bahwa Mandailing merupakan sebuah wilayah geografis yang eksis di dalam peta bumi dan pernah dihuni serta didatangi banyak bangsa, dan bukti-bukti peninggalan mereka masih bisa ditunjukkan. Adalah fakta bahwa tanah Mandailing memiliki kekayaan bawaan (misalnya emas) yang menjadi alasan berbagai bangsa datang ke negeri itu. Adalah fakta bahwa beragam manusia dengan latar asal yang berbeda-beda, ras yang berbeda-beda, dan keyakinan relijius yang berbeda-beda, pernah menghuni wilayah geografis yang bernama Mandailing itu. Adalah fakta bahwa orang Mandailing yang hidup sekarang di wilayah itu jika diamati secara cermat masih menyisakan 'bukti-bukti' adanya percampuran ras dari beragam-ragam bangsa yang pernah menghuni wilayah tersebut. 

Ketiga, berkaitan dengan uraian pada poin dua di atas, kiranya akan lebih pas jika pemahaman kita mengenai Orang Mandailing harus dibangun melalui suatu kesepahaman bahwa mereka adalah hasil pembauran dari banyak bangsa yang pernah hidup di wilayah geografis Mandailing yang terjadi dalam lintasan sejarah panjang selama berabad-abad. Karena itu, agaknya tidak tepat lagi jika kita selalu mengasosiasikan sejarah Mandailing dengan sejarah marga-marga yang ada di sana, apalagi mereduksinya hanya sebatas marga-marga yang kita kenal sekarang; terlebih lagi jika dipersempit pula dengan dikotomi wilayah Mandailing Godang dan Mandailing Julu yang diasosiasikan dengan marga Nasution dan Lubis saja. Sekali lagi, barangkali akan lebih mengena jika kita mendefinisikan Orang Mandailing sebagai hasil pembauran dari banyak bangsa yang pernah menghuni wilayah Mandailing selama berabad-abad. Jika kita sepaham bahwa orang Mandailing merupakan hasil pembauran beragam bangsa tersebut, maka kita tidak perlu lagi bimbang untuk menolak argumentasi purifikatif orang Batak yang mengatakan orang Mandailing berasal dari keturunan Si Raja Batak. Saya tidak ingin membahas soal invaliditas argumentasi tarombo Si Raja Batak tersebut di sini. Tapi yang ingin saya katakan, konstruksi kesejarahan Mandailing tidak kongruen dengan konstruksi kesejarahan Batak sebagaimana dipahami selama ini, yaitu seolah-olah manusia Batak (termasuk Mandailing dalam konsepsi mereka yang mendukungnya) berasal dari satu nenek moyang bersama bernama Si Raja Batak. Mari kita pelajari legenda asal-usul klen atau marga yang ada di Mandailing, dan kita akan menemukan fakta bahwa nenek moyang setiap marga tersebut datang dari tempat yang berbeda-beda, ada yang dari timur, ada yang dari barat, tapi tidak ada yang turun dari langit seperti orang Batak. Orang Mandailing yang bermarga Lubis misalnya, meskipun merujuk asal-usul nenek moyangnya ke Daeng Malewa yang adalah orang Bugis, tidak serta merta harus dibatalkan pengakuan dirinya sebagai orang Mandailing, karena ketika turunan Daeng Malewa sudah hidup bergenerasi-generasi di wilayah Mandailing, mereka tidak lagi mengidentifikasi dirinya dengan label Bugis, melainkan sudah melebur menjadi bagian dari masyarakat Mandailing. Demikian juga dengan marga-marga yang lain, termasuk marga Tanjung misalnya yang masih kuat hubungan historisnya dengan Minangkabau. Klen Tanjung sudah lama menjadi bagian dari sistem sosial Dalian Na Tolu di sejumlah kampung di Mandailing, sehingga mereka adalah absah sebagai orang Mandailing.  
Identitas 'kebangsaan' Mandailing tidak harus diasosiasikan dengan keturunan nenek moyang bersama seperti yang menjadi model berfikir orang Batak Toba dengan 'mitos' Si Raja Batak yang terkenal itu. Sama halnya dengan orang Aceh, orang Jawa, orang Melayu, orang Sunda, dan lain-lainnya yang identitas keacehan, kejawen, kemelayuan dan kesundaan mereka tidak harus dirujuk kepada masing-masing satu nenek moyang bersama. Apakah orang Aceh tidak absah menyatakan diri sebagai 'bangsa' Aceh, atau orang Jawa sebagai 'bangsa' Jawa hanya karena mereka tidak memiliki satu tokoh nenek moyang bersama? Sekedar menyebut satu saja inkonsistensi atau invaliditas kesejarahan Si Raja Batak adalah ini: di satu sisi, orang Batak menyebutkan asal-usul mereka dari tokoh Si Raja Batak yang adalah keturunan dari manusia-dewa dan turun di Pusuk Buhit. Tapi di sisi lain, penulis-penulis mereka juga selalu mengasosiasikan bahwa orang Batak adalah percabangan dari migrasi manusia yang datang dari wilayah daratan Asia, apakah tergolong proto Melayu, deutro melayu dan sebagainya sejak berabad-bad lalu. Lho, yang benar yang mana? Syukurlah bahwa orang Mandailing sepengetahuan saya tidak pernah menyebut diri mereka berasal dari keturunan manusia-dewa, melainkan hasil dari proses migrasi yang bisa diveriifikasi validitas kesejarahannya. 

Keempat, dengan pemahaman bahwa manusia Mandailing itu pada dasarnya adalah hasil pembauran sebagaimana dikemukakan di atas, adalah absah jika kemudian generasi-generasi awal masyarakatnya yang hidup tempo dulu di wilayah Mandailing itu memerlukan suatu penataan kehidupan bersama yang kita namakan kebudayaan. Tentu saja kita sulit --dan bukan hanya kita, tetapi semua bangsa juga demikian-- menentukan sejak kapan kebudayaan Mandailing (berikut segala atributnya yang masih kita kenal sekarang) itu terbentuk. Saya kira pertanyaan demikian juga bukanlah sebuah pertanyaan penting, karena hakekat dari setiap kebudayaan adalah dinamis, tidak statis. Yang penting kita pahami adalah fakta bahwa orang Mandailing yang pada awalnya hidup di wilayah geografis bernama Mandailing sudah memiliki warisan peradaban yang kaya, yang jika dirunut ke belakang terlihat dari masih banyaknya peninggalan-peninggalan purbakala yang membuktikan tuanya peradaban mereka.  
salah satu peninggalan purbakala di
Mandailing (arsip: Z. Pangaduan Lubis)
Orang Batak selalu mengemukakan argumentasi bahwa sisa-sisa peninggalan purbakala yang ada di Mandailing bukanlah warisan orang Mandailing, tetapi warisan orang Hindu/Buddha. Orang Mandailing, kata mereka, datang belakangan ke sana, sementara pemilik peradaban yang meninggalkan bangunan-bangunan purbakala itu telah hilang, takluk, atau lenyap ditelan bumi. Boleh saja ada pandangan yang demikian, namun kelihatannya kurang masuk akal, karena sebuah wilayah terbuka seperti Mandailing yang selama berabad-abad didatangi orang dari berbagai penjuru angin, tentulah manusianya saling berinteraksi satu sama lain, saling berbagi pengetahuan, dan karena itu terjadilah proses-proses kebudayaan seperti difusi, akulturasi dan asimilasi. Kebudayaan Mandailing mencerminkan fakta-fakta akulturatif demikian, yang bisa kita lihat dari bahasa, kepercayaan, sistem sosial dan juga kebudayaan material mereka. Tulisan 'uruf tulak-tulak' misalnya (yang belakangan dinamakan orang tulisan batak), menurut penelitian van der Tuuk dan Uli Kozok, justru berkembang dari Mandailing ke Toba, bukan sebaliknya. Artinya, tradisi menulis sebagai bentuk modernitas, justru datang dari Mandailing dan bergerak ke utara. Kosa kata yang berasal dari bahasa Sanskerta dan Tamil bisa ditemukan dalam bahasa Mandailing, dan itu juga merupakan fakta historis persinggungan perabadan India dengan Mandailing, yang bukan hanya terekam dalam bahasa, melainkan juga terbukti dari kehadiran bangsa tersebut secara fisikal di Mandailing tempo dulu. Bisuk Siahaan, salah seorang penulis Batak Toba, dengan 'gentlemen' mengakui bahwa tidak pernah ditemukan sebuah prasasti pun di wilayah Toba, yang kiranya bisa menunjukkan bukti fisikan kehadiran bangsa lain di wilayah itu. Syukurlah bahwa daerah Mandailing memiliki banyak sekali peninggalan purbakala dari zaman batu hingga zaman Hindu/Buddha, yang sebagian sudah hancur, terlantar, dan sejauh ini masih menjadi 'warisan bisu' karena belum banyak diteliti secara ilmiah.

7 komentar:

  1. dalam sebuah tradisi, jika ada diterangkan nenek moyangnya dari dewa/i atau turun dari surga, maka itu sebagai indikasi bahwa nenek moyangnya merupakan bangsa pendatang, namun karena ketidak mampuan untuk menjabarkan asal-usulnya dengan tepat, sehingga mitos-pun dibangun.

    B. P. Sembiring

    BalasHapus
  2. Selamat siang untuk semua, nama saya Steven Nesty Binti, saya ingin membagikan kesaksian hidup saya yang sebenarnya di sini di platform ini sehingga semua pencari pinjaman akan berhati-hati tentang pemberi pinjaman di internet

    Setelah beberapa waktu mencoba mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan terus ditolak, saya memutuskan untuk mengajukan pinjaman online tetapi saya ditipu dan kehilangan Rp 10,7 juta, untuk seorang pria di Afrika.

    Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, jadi saya berdiskusi dengan teman saya Ny. Tieka Melawati (tiemelaw@gmail.com) yang kemudian memperkenalkan saya kepada Ny. Deborah, Manajer Kantor Pinjaman AVANT, jadi teman saya meminta saya untuk memproses pinjaman saya dengan Bu Debora. Jadi saya menghubungi Ibu Deborah melalui email: (avantloanson@gmail.com) dan juga di WhatsApp: +6281334785906

    Saya mengajukan pinjaman sebesar IDR 380 juta dengan tingkat bunga 2%, sehingga pinjaman itu disetujui dengan mudah tanpa tekanan dan semua persiapan dilakukan dengan transfer kredit, karena tidak memerlukan jaminan dan jaminan untuk transfer pinjaman, Saya diberitahu untuk mendapatkan sertifikat perjanjian lisensi untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari satu setengah jam, uang pinjaman saya dimasukkan ke dalam rekening bank saya.

    Saya pikir itu lelucon sampai saya menerima telepon dari bank saya bahwa akun saya telah dikreditkan dengan IDR380 juta. Saya sangat senang bahwa akhirnya Tuhan telah menjawab doa saya dan dia telah memberi saya keinginan hati saya.

    Semoga Tuhan memberkati Mrs. Deborah untuk memberikan kehidupan yang adil bagi saya, jadi saya menyarankan siapa pun yang tertarik untuk mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Mrs. Deborah melalui email: (avantloanson@gmail.com) atau melalui WhatsApp: +6281334785906 untuk pinjaman Anda

    Akhirnya, saya ingin berterima kasih kepada Anda semua karena telah meluangkan waktu untuk membaca kesaksian sejati hidup saya tentang kesuksesan saya dan saya berdoa kepada Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda. Anda dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut melalui email saya: (nestybintisteven@gmail.com) Salam

    BalasHapus
  3. Saya benar-benar akan berterima kasih kepada Allah atas kebaikan yang Anda lakukan dengan membantu saya dan hari ini saya mendapat pinjaman saya sebesar R120.000.000,00 untuk menyelesaikan masalah saya.
    Saya menerima telepon di ponsel saya pagi ini dari Bank CIMB yang menyatakan bahwa saya berhasil mendapatkan pinjaman di akun saya.
    Saya berterima kasih kepada nyonya Debora karena saya tetap mempercayai Anda dan atas karunia Allah, saya telah menerima pinjaman saya dengan sukses.
    Terima kasih banyak.
    Saya juga akan memberi tahu Anda teman-teman dan orang-orang terkasih yang membutuhkan pinjaman. Terima kasih banyak Nyonya Deborah, saya berdoa semoga Allah menyertai Anda.
    Hubungi Ibu Deborah melalui
    email: avantloanson@gmail.com
    WhatsApp: +6281334785906

    BalasHapus
  4. Hai teman-teman. Nama saya Asep Darjat. Saya adalah warga negara Indonesia
    Saya sangat senang dan sangat berterima kasih kepada Bunda Deborah Avant. Saya baru saja mendapatkan pinjaman saya dan cepat dan aman Anda bisa mendapatkan pinjaman Anda juga. Kirim email kepadanya jika Anda memerlukan pinjaman dalam bentuk apa pun melalui
    email: avantloanson@gmail.com
    WhatsApp: +6281334785906

    BalasHapus
  5. kesaksian nyata dan kabar baik !!!

    Nama saya mohammad, saya baru saja menerima pinjaman saya dan telah dipindahkan ke rekening bank saya, beberapa hari yang lalu saya melamar ke Perusahaan Pinjaman Dangote melalui Lady Jane (Ladyjanealice@gmail.com), saya bertanya kepada Lady jane tentang persyaratan Dangote Loan Perusahaan dan wanita jane mengatakan kepada saya bahwa jika saya memiliki semua persyarataan bahwa pinjaman saya akan ditransfer kepada saya tanpa penundaan

    Dan percayalah sekarang karena pinjaman rp11milyar saya dengan tingkat bunga 2% untuk bisnis Tambang Batubara saya baru saja disetujui dan dipindahkan ke akun saya, ini adalah mimpi yang akan datang, saya berjanji kepada Lady jane bahwa saya akan mengatakan kepada dunia apakah ini benar? dan saya akan memberitahu dunia sekarang karena ini benar

    Anda tidak perlu membayar biayaa pendaftaran, biaya lisensi, mematuhi Perusahaan Pinjaman Dangote dan Anda akan mendapatkan pinjaman Anda

    untuk lebih jelasnya hubungi saya via email: mahammadismali234@gmail.comdan hubungi Dangote Loan Company untuk pinjaman Anda sekarang melalui email Dangotegrouploandepartment@gmail.com

    BalasHapus